Seorang anak bertanya kepada Ibunya:
“Ibu temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang supaya tidak menggigit anaknya. Apakah Ibu juga lakukan hal yang sama?”.
Sang Ibu tertawa “Tidak. Tapi Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam, supaya tidak sempat menggigit siapapun”.
“Oh iya. Ku baca tentang seorang Ibu yang rela tidak makan supaya anak anaknya bisa makan kenyang. Akankah Ibu akan lakukan hal yang sama?”, si anak kembali bertanya.
Dengan tegas Ibunya menjawab “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan kenyang, dan kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar”.
Sang anak tersenyum…
“Aku bisa selalu bersandar padamu Ibu”.
Sambil memeluknya si Ibu berkata “Tidak Nak!. Tapi aku akan mengajarmu berdiri kokoh diatas kakimu sendiri, agar kau tidak harus jatuh tersungkur ketika aku harus pergi meninggalkanmu”.


Pesan Moral:
Seorang Ibu yg bijak bukan hanya menjadikan dirinya tempat bersandar, tetapi bisa membuat anak menjadi Kokoh berdiri di saat sandaran tersebut tidak lagi diperlukan”


Hidup ini Sederhana

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

* Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

Ada seorang murid bekerja di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut. Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid - murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.

*Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.

Seorang anak berkata kepada ibunya : "Ibu hari ini sangat cantik." Ibu menjawab : "Mengapa?" Anak menjawab : "Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah - marah."

*Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah - marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata : "Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur." Petani menjawab : "Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku."

*Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya : "Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?" Ada yang menjawab : "Cari mulai dari bagian tengah." Ada pula yang menjawab : "Cari di rerumputan yang cekung ke dalam." Dan ada yang menjawab : "Cari di rumput yang paling tinggi." Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat : "Setapak demi setapak cari dari ujung rumput yang sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana."

*Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat - loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan : "Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku." Katak di pinggir jalan menjawab : "Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah." Beberapa hari kemudian katak "sawah" menjenguk katak "pinggir jalan" dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

*Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya : "Mengapa engkau begitu santai?" Dia menjawab sambil tertawa : "Karena barang bawaan saya sedikit."

*Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.



Tersadar " hal besar dibalik kesuksesan"

Alkisah ada seorang anak muda yang brilian dan sangat pintar. Dia baru saja lulus sarjana dengan predikat cumlaude. Selama kuliah, dia juga mengoleksi beberapa penghargaan dan prestasi. Intinya, si anak muda ini benar-benar te-o-pe be-ge-te. Dan iapun bangga dengan kemilau prestasinya tersebut. Rasa pedenya begitu tinggi.

Setelah lulus, ia lalu mencari pekerjaan. Saat melamar ke sebuah perusahaan terkenal, tidak sulit baginya untuk lolos dari tes-tes saringan, hingga sampailah ia ke tahap terakhir : wawancara dengan Direktur perusahaan tersebut. Saat wawancara tiba, terjadilah dialog antara pak Direktur dengan si anak muda.

"Prestasimu sungguh luar biasa, anak muda. Bagaimana kamu bisa punya prestasi setinggi itu?", tanya pak Direktur.

"Saya belajar keras, Pak. Saya selalu memacu diri saya sendiri, dan memupuk kepercayaan diri saya.", jawab si anak muda.

"Siapa yang mendorong dan memotivasimu? Ayahmukah?"

"Bukan Pak. Ayah sudah meninggal sejak saya kecil. Saya terbiasa memotivasi diri sendiri untuk menjadi yang terbaik."

"Kalau ayahmu sudah meninggal, siapa yang membiayai sekolahmu?"

"Ibu saya, Pak."

"Oh begitu… Lalu apa pekerjaan ibumu?"

"Ibu saya menjadi pencuci baju, Pak. Beliau menerima order cucian dari para tetangga."

Mendengar jawaban si anak muda tersebut, Pak Direktur lalu berkata, "Coba ulurkan tanganmu, anak muda". Meski agak heran dengan permintaan ini, si anak muda lalu mengulurkan tangannya ke Pak Direktur, yang lalu memeriksanya dengan cermat. Ternyata tangan itu bersih, putih, dan mulus. Tidak ada tanda-tanda pernah digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kasar. Pak Direktur lalu bertanya, "Pernahkah kamu membantu ibumu mencuci pakaian, nak?"

"Tidak Pak, tak pernah sekalipun."

"Kalau begitu sekarang pulanglah, dan bila bertemu dengan ibumu, coba perhatikan dengan cermat tangan beliau. Lalu cobalah lakukan pekerjaan ibumu. Besok kamu kembali lagi ke sini, temui saya, dan ceritakan pengalamanmu", demikian pesan Pak Direktur kepada si anak muda.

Pulanglah si anak muda tadi, dan sesampai di rumah, disampaikanlah kata-kata pak Direktur kepada ibunya. Meskipun agak heran, ibunya menurut saja dan menyorongkan kedua tangannya kepada anak yang disayanginya. Begitu melihat tangan orang tua tadi, kagetlah si anak. Ini adalah pertama kalinya ia mengamati tangan ibunya secara cermat. Tampaklah olehnya tangan yang keriput, kasar, dan bersisik. Di beberapa tempat bahkan terlihat bekas-bekas luka. Sungguh kontras bila dibandingkan dengan tangannya sendiri yang bersih dan mulus.

"Ibu….", dan si anak mudapun tercekat tak mampu berkata apapun. Mengalirlah sebutir air matanya.

"Kenapa tangan ibu sampai begini? Ibu bekerja terlalu berat. Maafkan aku yang tak pernah tahu keadaan ibu seperti ini", bisik si anak sambil membelai dan menciumi tangan ibunya.

Ibunya tersenyum saja. "Tidak apa-apa nak. Ibu ikhlas bekerja keras untukmu. Buat ibu, yang penting kamu bisa fokus belajar. Ibu bahagia akhirnya kamu bisa lulus dengan baik. Itu satu-satunya yang penting buat ibu."

Mendengar ucapan ibunya, runtuhlah kebanggaan si anak muda. Hilanglah semua ke-aku-annya. Sampai detik itu ia merasa bahwa semua prestasinya adalah usahanya sendiri. Kenyataannya, tanpa pengorbanan ibunya, dia tidak akan menjadi apa-apa. Nothing…

Dia merasa seperti semakin terlempar ke titik nadir setelah mencoba melakukan permintaan pak Direktur berikutnya: mencuci pakaian, seperti yang biasa dilakukan ibunya. Ternyata bagi dia yang tidak pernah mencuci pakaian sendiri, pekerjaan merendam, mengucek, membilas, dan memeras sungguh tidak mudah dilakukan. Baru beberapa potong baju saja, tangannya sudah merasa perih.

Malam itu si anak muda tidak bisa tidur. Dunianya seolah dibalik dalam sekejap mata. Keyakinan dan persepsinya selama ini patah begitu saja setelah ia melihat apa yang telah dilakukan ibunya selama ini.

Keesokan harinya ia datang menghadap ke pak Direktur, yang langsung saja bertanya, "Apa yang kamu rasakan dan pikirkan, anak muda?"

Si anak muda menghela nafas, lalu menjawab sambil tertunduk, "Ada dua hal yang saya pelajari, pak…"

"Katakan nak, apa dua hal itu."

"Yang pertama, saya sadar selama ini saya tidak pernah memperhatikan orang lain. Saya tidak pernah mengapresiasi apa yang telah mereka lakukan, bahkan untuk hal-hal yang terkait dengan kepentingan saya sekaliapun…", si anak muda menjawab sambil menahan air mata karena teringat akan ibunya. Lalu ia menyambung,

"Yang kedua, saya tidak pernah menyadari bagaimana beratnya mencapai sebuah tujuan. Selama ini saya merasa bahwa menjadi lulusan terbaik itu mudah. Saya pikir dengan belajar keras saja sudah cukup. Tapi ternyata tidak, pak... Ternyata banyak hal lain yang harus dilakukan, dan itu tidak pernah saya kerjakan, bahkan saya pikirkanpun tidak... Saya buta terhadap usaha-usaha lain yang dilakukan oleh ibu saya. Beliau bekerja begitu berat semata-mata hanya untuk kepentingan saya…"

Mendengar kata-kata si anak muda tadi, pak Direktur tersenyum. "Anak muda, kamu diterima di perusahaan ini."

Si anak muda mendongak kaget. "Pak, apa maksud Bapak?"

"Aku tidak mencari karyawan yang pintar tapi tidak peduli pada sekelilingnya. Aku tertarik padamu bukan karena kepintaranmu saja, tapi pada kesadaranmu tentang sensitivitas pada sekelilingmu, tentang sulitnya mencapai sebuah tujuan dan pentingnya kerjasama, dan tentang pentingnya mengapresiasi dan menghargai apa yang dikerjakan orang lain."

Mendengar penjelasan pak Direktur, si anak muda merasa ia hidup dalam dunia yang baru…



Kebahagiaan yang menular


Seorang pemuda berangkat kerja dipagi Hari.

Memanggil taxi, dan naik...

'Selamat pagi Pak,'...katanya menyapa sang sopir taxi terlebih dulu...

'Pagi yang cerah bukan?' sambungnya sambil tersenyum,... lalu bersenandung kecil.

Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya, dengan senang hati, Ia melajukan taxinya.

Sesampainya ditempat tujuan.. Pemuda itu membayar dengan selembar 20ribuan, untuk argo yang hampir 15 ribu.

'Kembaliannya buat bapak saja...selamat bekerja Pak..' kata pemuda dengan senyum.

'Terima kasih...' jawab Pak sopir taxi dengan penuh syukur...

'Wah.. aku bisa sarapan dulu nih... Pikir sopir taxi itu...

Dan ia pun menuju kesebuah warung.

'Biasa Pak?' tanya si mbok warung.

'Iya biasa.. Nasi sayur... Tapi.. Pagi ini tambahkan sepotong ayam'..jawab Pak sopir dengan tersenyum.

Dan, ketika membayar nasi , di tambahkannya seribu rupiah 'Buat jajan anaknya si mbok,.. 'begitu katanya.

Dengan tambahan uang jajan seribu, pagi itu anak si mbok berangkat kesekolah dengan senyum lebih lebar.

Ia bisa membeli 2 buah roti pagi ini... Dan diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal.

Begitulah...cerita bisa berlanjut..Bergulir... .seperti bola salju...

Pak sopir bisa lebih bahagia Hari itu...Begitu juga keluarga si mbok...Teman2 si anak...keluarga mereka...Semua tertular kebahagiaan...

Kebahagiaan, seperti juga kesusahan, bisa menular kepada siapa saja disekitar Kita.

Kebahagiaan adalah sebuah pilihan...

Siapkah kita menularkan kebahagiaan hari ini?



BACA YA, Bagus banget isinya ;)
Seseorang telah menuliskan kata-kata yang indah ini.
Cobalah ambil sedikit untuk mengerti maknanya

1. Doa bukanlah "ban serep" yang dapat kamu keluarkan ketika dalam masalah, tapi "kemudi" yang menunjukkan arah yang tepat.

2. Kenapa kaca depan mobil sangat besar dan kaca spion begitu kecil?
Karena masa lalu kita tidak sepenting masa depan kita.
Jadi, pandanglah ke... depan dan majulah.

3. Pertemanan itu seperti sebuah buku.
Hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membakarnya, tapi butuh waktu tahunan untuk menulisnya.

4. Semua hal dalam hidup adalah sementara.
Jika berlangsung baik, nikmatilah, karena tidak akan bertahan selamanya.
Jika berlangsung salah, jangan khawatir, karena juga tidak akan bertahan lama.

5. Teman lama adalah emas!
Teman baru adalah berlian!
Jika kamu mendapat sebuah berlian, jangan lupakan emas! Karena untuk mempertahankan sebuah berlian, kamu selalu memerlukan dasar emas.

6. Seringkali ketika kita hilang harapan dan berpikir ini adalah akhir dari segalanya, Tuhan tersenyum dari atas dan berkata " Tenang sayang, itu hanyalah belokan, bukan akhir!

7. Ketika Tuhan memecahkan masalahmu, kamu memiliki kepercayaan pada kemampuanNya; ketika Tuhan tidak memecahkan masalahmu, Dia memiliki kepercayaan pada kemampuanmu.

8. Seorang buta bertanya pada Tuhan : "Apakah ada yang lebih buruk daripada kehilangan penglihatan mata?"
Tuhan menjawab : "Ya ada!, kehilangan visimu dan kepesimisan yg ada didiri seseorang!!"

9. Ketika kamu berdoa untuk orang lain, Tuhan mendengarkanmu dan memberi berkah mereka, dan terkadang, ketika kamu aman dan happy, ingat bahwa seseorang telah mendoakanmu.

10. Khawatir tidak akan menghilangkan masalah besok, hanya akan menghilangkan kedamaian hari ini.

Jika kamu menikmati dan merasa sudah diberi berkah, mohon mengirimkan jg ke orang lain.
Krn siapa tau akan mencerahkan hari seseorang juga.."Berilah maka engkau akan menerima...




MENGALIR SEPERTI AIR


Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya, "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati." Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu bernama, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita. "Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." Pria itu menolak tawaran sang Guru. "Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" "Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisasnya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.



Bakso Khalifatullah


Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.

“Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

“Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya.

“Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?”

Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya”

“Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya.

“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?”, saya mengejar lagi.

“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya”.

Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.

Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya.

Hati saya meneriakkan “Jazakumullah, masyaallah, wa yushlihu balakum!”, tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya.

Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.
Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul.

Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.


Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bias disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap
dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya:

“Di antara pendapatan saya ini terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.



Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu."

Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, "Sayang, apa yang terjadi hari ini?

Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!


Cermin yang Terlupakan


Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith, mengadakan 'garage sale' untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri.

Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi.

Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.

Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.

Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.

Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith.

"Berapa harga cermin itu?" katanya sambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang.

"Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?" katanya.

"Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus." jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga.

Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smith berkata, "Hmm ... anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar."

Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang satu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith.

"Terima kasih," kata Mrs. Smith, "Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?"

"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawab si pembeli.

Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya.

Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!

"Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengan gembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.

(author unknown)

Sahabat.....

Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegi bekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.

Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapis dari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warna emas yang indah.

Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita.

Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita.

Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas?

Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?

Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak.

Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.

Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik.

Mari kita melakukan sesuatu yang baru.

Mari kita membuat perbedaan!

Terimaksih telah membaca...

Salam Motivasi!

 

Menikmati HIDUP = Menikmati KOPI


Sekelompok alumni sebuah perguruan tinggi terkemuka, yang telah mencapai kedudukan atau keberhasilan karir yang baik, bersilaturahim di rumah dosen pembimbing mereka dahulu, seorang profesor yang bersahaja. Mereka sangat terlena dengan perbincangan yang akrab dengan beragam topik.

Sampailah mereka ke dalam perbincangan topik ‘stress’. Sindrom tekanan hidup yang mereka alami, dikeluhkan berulang-ulang. Beberapa diantaranya, saling menguatkan keluhan itu, sehingga menambah kekecewaan dan rasa pesimis. Melihat perbincangan yang tidak sehat itu, sang professor tersenyum simpul dan meminta izin sebentar untuk ke dapur.

Sang professor bergabung kembali ke dalam ruangan dengan membawa nampan berisi beberapa jenis cangkir dan gelas serta sebuah teko berisi kopi hangat. Hal yang sangat tidak lazim adalah dibawanya cangkir dan gelas yang beragam itu. Ada yang diperbuat dari porcelain, plastik, kaca dan kristal. Ada yang kelihatan biasa dan ada pula yang kelihatan sangat mahal. Professor itu mempersilahkan mereka menuang sendiri kopi tersebut.
Setelah semua anak didiknya mengambil kopi masing-masing, professor itu berkata: “Mohon diperhatikan dengan teliti. Bukankah, semua cangkir dan gelas yang cantik dan mahal telah diambil, dan menyisakan cangkir dan gelas yang biasa dan kelihatan murah. Ini adalah keadaan yang sangat biasa, yaitu kita menginginkan yang terbaik dalam hidup. Tetapi, tidakkah Anda semua menyadari, bahwa terletak pada cara pandang inilah, semua masalah dan ‘stress’ yang menakutkan itu berpangkal.”
“Apa yang sebenarnya Anda perlukan adalah kopi, bukan wadahnya, tetapi Anda semua lebih memperhatikan dan lebih tertarik untuk memilih wadah tercantik.dan termahal. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah, Anda sibuk memperhatikan wadah yang telah diambil oleh orang lain.”
“Kehidupan adalah kopi. Jabatan, uang, dan kedudukan di dalam masyarakat adalah wadah tersebut. Wadah itu hanyalah alat untuk nenampung, dimana sesuatu yang akan ditampungnya adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan tidak berubah hanya karena alat tampungnya yang berubah.Kadangkala kita terlalu fokus kepada wadah yang kita pegang hingga kita gagal untuk menikmati kopinya. Dan yang lebih menyedihkan, Anda semua sibuk memperhatikan dan beriri hati atas wadah yang dipegang orang lain.”
“Nikmatilah kehidupan yang ada apapun latar belakang Anda”
Karena kebahagiaan itu sederhana dan harus diputuskan sekarang. Maka berbahagialah. Smoga keikhlasan anda bekerja hari ini bukanlah semata untuk mencari Cangkir yang gemerlap, tetapi seperti orang menikmati kopi, dan bersyukur dengan Pembuat kopi."
source :  tegal-online.blogspot.com


Penyesalan Si tukang kayu


Sobat-sobat yang budiman, pada postingan kali ini saya akan mencoba memberikan sejenak bahan renungan bersama melalui cerita Inspiratif dari penyesalan si tukang kayu. Sebuah cerita yang menurut ane sangat menarik dan enak dibaca.

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu, " katanya, "hadiah dari kami. "

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

«Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.»

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

..::Bismillah, akan kulakukan yang terbaik untuk hari ini dan masa depan, fiddunnya wal akhirat::.




Siu Lan dan Putrinya Lie Mei


Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain.

Suatu ketika di musim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.

Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan. Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu di rumah seperti pesannya.

Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi? Mereka harus dapat uang untuk makan.

Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar. Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku.

Dan.. sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah. Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei.

Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca:

*"Hi..hi..hi. . Mama pasti lupa. Ini Hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. Mama selamat ulang tahun."*

Kisah nyata ini sangat bagus untuk kita renungkan dimana dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering marah kepada orang karena adanya persepsi dalam pikiran kita yang belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tindakan kita adalah sesuai dengan pikiran kita dan apabila pikiran kita salah maka tindakan kita pasti salah .... semoga True story ini bisa jadi pelajaran untuk kita.

Kisah di musim dingin (true story, seperti temuat dalam Xia Wen Pao, 2007)


Cerita Tentang Kesabaran


Ada sebuah cerita ttg Kesabaran:
Seorang anak mengeluh pada ayahnya, “Aku capek, sangat capek. Aku belajar mati matian sedang temanku dgn enaknya menyontek. Aku mau menyontek saja!
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu, sedang temanku punya pembantu.
Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung.
Aku capek karena harus menjaga lidahku, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek ayah, aku capek menahan diri…Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah! ..” sang anak mulai menangis.
Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya, ”Anakku, ayo ikut ayah”.
Mereka menyusuri jalan yg jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.
”Ayah, mau kemana kita? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah,” anaknya terus mengeluh.
Akhirnya mereka sampai di sebuah telaga yg sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yg cantik, dan pepohonan rindang.
“Wah… tempat apa ini ayah? Aku suka tempat ini!”
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah”.
”Anakku, taukah kau mengapa di sini begitu sepi pdhl amat indah?”
”Itu krn org tdk mau mnyusuri jalan yg jelek, pdhal mreka tau ada telaga di sini. Mereka  hanya kurang sabar dalam menyusuri jalan ini.
”Anakku, butuh kesabaran dlm belajar, butuh kesabaran dlm bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan.”
Hidup adalah perjuangan utk mengendalikan dan mengalahkan diri. Jalani hidup penuh kesabaran.


Seven Habits of Highly Effective People


Dalam suatu perjalanan, kereta api memperlambat lajunya & berhenti di suatu stasiun.
Naiklah seorang ibu dg 2 anaknya yg msh kecil-kecil ke dlm salah satu gerbong.
Penumpang sdh ckp padat. Beruntung sang ibu & kedua anaknya bisa mendapatkan tempat duduk.
Awalnya kedua anak kecil itu duduk tenang.
Tak lama kemudian,
mereka mulai berlarian sambil berteriak-teriak.
Mereka jg naik ke tempat duduk,menarik bacaan para penumpang.
Keduanya membuat suasana jadi gaduh & tidak nyaman.
Setelah cukup lama menahan diri, seorang bapak yg duduk di sebelah sang ibu menegur, “Kenapa anda membiarkan saja kedua anak anda membuat ribut & mengganggu seisi gerbong?”
Seakan baru tersadar,
sang ibu menjawab perlahan, “Saya masih bingung bagaimana menjelaskan kpd mereka begitu kami sampai di RS u/ menjemput jenasah ayahnya.”
Ternyata sang ibu mendapat pemberitahuan bahwa suaminya sdh menjadi jazad di RS karena meninggal dlm kecelakaan.
Dia sekarang dlm perjalanan dgn anak-anaknya ke RS.
Seketika si bapak yg bertanya terdiam.
Segera dari mulut ke kuping tersebar informasi tsb
&
semua penumpang yang tadinya merasa terganggu, berganti iba & simpati.
Alih-alih marah kpd anak-anak yg gaduh & ibunya yg terlihat cuek, sebagian penumpang malah mulai ikut bermain & bercanda dg kedua anak itu.
Setelah mengetahui lengkap/persis apa yang terjadi, reaksi penumpang berbalik 180 derajat.
Demikianlah dlm kehidupan. Mengetahui lengkap dibanding hanya sebagian, sangat mungkin membuat perbedaan respon seseorang terhadap suatu masalah/kejadian.
Tidakah lebih baik kita menunda amarah utk keputusan yang lebih baik?
Mungkinkah kita bisa mendapatkan kelegaan berpikir kalau kita bisa dianugerahi penundaan keputusan?
Akankah menjadi anugerah bila kita mampu mengerti semua permasalah dr kacamata yang berbeda.
Jadikan kehidupan kita menjadi raja atas emosi kita sendiri.
Cerita ini
dimodifikasi dari
Buku Stephen R. Covey ‘Seven Habits of Highly Effective People’.


Jalani Hidup ini Dengan Cita


Pada suatu hari ada seorang Ibu yang baru pulang dari pasar melihat ada 3 orang berjanggut di halaman rumahnya. Ketiga pria itu terlihat letih dan lapar. Ibu itu mengajak mereka masuk untuk makan, tapi mereka bertanya, “apakah suamimu sudah pulang ?” “Belum” jawab Ibu itu. “Klo begitu kami tidak bisa masuk.”. Ketika suaminya pulang, Ibu itu menceritakan tentang ketiga orang tersebut, dan suaminya menyuruhnya mengajak ketiga orang itu untuk masuk. Ketika ia menyuruh mereka masuk, salah seorang berjanggut itu berkata: “Yang itu bernama Kekayaan, yang itu Kesuksesan dan saya Cinta. Kalian harus memilih salah satu dari kami untuk masuk ke dalam rumahmu, kami tidak bisa masuk bersama-sama.”
Ibu itu masuk ke dalam dan menceritakan apa yg dikatakan orang itu, suaminya berkata: “suruh Kekayaan masuk, saya ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”.
Tapi Ibu itu berkata: “lebih baik Kesuksesan, biar semua pekerjaan kita selalu penuh dgn Kesuksesan“. Anak2 mereka berkata: “lebih baik Cinta, biar rumah ini selalu penuh dengan Cinta,”.
Akhirnya semua setuju untuk mengajak Cinta masuk, Ibu itu kembali ke depan dan berkata, “yang bernama Cinta silahkan masuk.”. Ketika orang yang bernama Cinta berjalan masuk, kedua orang yang lain mengikutinya.
Si Ibu heran dan berkata, “kami hanya mengundang Cinta, kenapa kalian ikut?”
Orang itu berkata, “Kalau Ibu memilih Kekayaan atau Kesuksesan, kami hanya bisa berjalan sendiri2. Tapi karena Ibu memilih CINTA, kami berdua akan selalu mengikutinya kemanapun dia berjalan. Sebenarnya kami berdua ini buta, hanya Cinta yg bisa melihat dan menuntun kami kemanapun dan kapanpun juga…. “RENUNGAN” Jalani hidup ini dgn cinta…”Dan bersyukur kita masih berada diantara orang2 yg mencintai kita..:)


Tidak Ada Yang Mustahil


Aku adalah seorang mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Universitas California. Beberapa waktu lalu, aku pernah menulis surat yang berisi cerita cerita terima kasih kepada orang tua ku, dan ketika aku memutuskan untuk memperlihatkannya pada dunia, ternyata cerita inspirasi tersebut mendapatkan tanggapan yang luar biasa dari orang-orang di Eropa, India, Singapura, Amerika, dan Indonesia. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih atas semua respon yang aku dapat atas surat tersebut.
———————————————————-
30 April 2010.
Setelah penantian yang panjang dan mendebarkan, akhirnya kelulusan itu pun diumumkan. Aku diterima di Haas School of Business, University of California Berkeley. Hal ini sebuah pencapaian dan kebanggaan yang luar biasa bagiku dan juga kedua orang tuaku, pencapaian ini adalah hasil kerja keras yang telah aku lakukan selama 2 tahun terakhir ini.
5 tahun yang lalu, tidak seorang pun, bahkan tidak juga orang tuaku, guru-guru dan teman-temanku yang berpikir bahwa aku dapat masuk ke dalam salah satu dari 10 sekolah bisnis terbaik di Amerika, apalagi Berkeley Haas School of Business. Saat ini, sekolah ini menduduki peringkat ke-2 di Amerika berdasarkan Best Colleges Specialty Rankings: Best Undergraduate Business Programs.
5 Tahun lalu, “Nilai A” hanyalah sebuah mimpi bagi anak sekolah biasa seperti aku. Sebagian besar nilai-nilaiku di sekolah adalah C, diikuti dengan B kecil, dan D. Cara belajar ku sangat kacau. Di sekolah menengah, aku hanya menempati peringkat 186 dari 198 siswa. Yang berarti aku masuk 10% peringkat terbawah dari seluruh sekolah.
Beruntungnya, aku punya orang tua yang mampu menginspirasi dan mengubahku. Aku masih dapat mengingat dengan jelas kejadian di malam itu. Waktu itu, aku pulang ke Indonesia dan berada di kamar orang tuaku. Kedua orang tuaku duduk di tepi tempat tidur dan aku duduk di lantai. Mereka benar-benar terlihat kecewa. Malam itu, mereka mulai membuatku berpikir mengenai apa yang aku inginkan bagi masa depanku. Mereka tidak memarahiku, tidak berteriak kepadaku, dan juga tidak memukulku. Mereka hanya memperlihatkan kekecewaan atas buruknya prestasiku di sekolah.
Bagi orang tuaku, pendidikan sangatlah penting demi masa depan. Sebagai orang tua, mereka telah terus-menerus memperingatkan aku untuk belajar. Tetapi, jarak telah memisahkan kami – aku tinggal di Singapura bersama kakak-kakakku, sedangkan orang tuaku tinggal di Indonesia untuk menjalankan bisnisnya. Hal ini tentu saja membuat kedua orang tuaku kesulitan untuk mengawasi kami.
Dengan komunikasi yang hanya melalui telepon dan sms, tentu sulit bagi kedua orang tuaku untuk mengetahui apakah aku “benar-benar belajar” jika aku berkata sedang “belajar”. Sulit bagi mereka untuk mengetahui bahwa “benar-benar tidak ada ujian” jika aku bilang “tidak ada ujian”, dan apakah aku benar-benar “tidak sedang main game” jika aku bersikeras berkata tidak sedang bermain game komputer. Mereka benar-benar tidak tahu cara belajar yang aku terapkan.
Aku kembali ke kamarku dan mulai membayangkan hidup seperti apa yang telah aku jalani. Lalu aku teringat Jerry, kakak tertuaku yang sekitar 20 tahun lalu menderita kanker. Ia masih sangat kecil waktu itu, usianya baru 2 tahun. Sayangnya, saat itu kedua orang tuaku tidak berkecukupan. Maka demi kelangsungan hidup kakakku, kedua orangtuaku menjual rumah, mobil dan segala yang mereka miliki untuk biaya berobat Jerry. Bahkan, setelah mengusahakan segala upaya dan telah kehilangan banyak harta benda, orang tuaku pun masih harus menghadapi kenyataan hilangnya anak pertama mereka.
Tetapi hal itu tidak pernah membuat kedua orang tuaku menyerah. Mereka memang pernah mengalami masa-masa hancur dan sedih. Dan, yang menakjubkan adalah mereka mampu kembali percaya diri, tekun, dan optimis memulai hidup baru.
Ayahku adalah seorang lulusan MBA dan ibuku bergelar sarjana. Tetapi mereka pernah menjadi pengangguran dan miskin. Mereka harus mau berjalan jauh untuk menjual teh botol dan makanan kecil di pasar demi memenuhi kebutuhan hidup. Tidak lama kemudian, mereka mulai membuka warung makan dan tetap yakin bahwa mereka akan mendapatkan masa depan yang lebih cerah.
Kini, setelah bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki bisnis yang sukses dan mampu mengirim ketiga anak mereka ke Amerika untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Jika saja saat itu orang tuaku mengakui kekalahan mereka dan menyerah, tentunya saat ini aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk kuliah, atau tinggal dibawah atap rumah yang terbuat dari batu bata, atau memiliki sebuah mobil untuk dikendarai.
Jika saja orang tuaku menyerah, aku pasti akan tinggal di jalan dan mencari-cari cara untuk tetap bertahan hidup seperti pemandangan khas yang sering ditemui di jalanan kota-kota besar di Indonesia. Pada saat kakakku Jerry meninggal, mereka hampir tidak memiliki apapun, tidak ada uang, mobil, ataupun rumah. Tidak satu pun! Kecuali semangat dan dorongan untuk berubah.
Ayah… ibu… jika bukan karena kalian berdua yang mengubah hidup anakmu, mungkin aku tidak akan pernah mempunyai kesempatan hidup berkecukupan. Sekarang, aku tidak perlu lagi berpikir tentang makanan, bahkan orang tuaku memberikan sebuah mobil dan menyediakan pendidikan terbaik untukku.
Inilah yang menjadi alasan mengapa sekitar 3 tahun setelah aku berada di peringkat 10% terbawah di sekolah menengah, aku datang ke perguruan tinggi di Amerika dengan prinsip bahwa tidak ada hal yang mustahil. Memang,“tidak ada hal yang mustahil” adalah kata-lata yang usang, namun jika mengingat cerita orang tuaku yang berhasil bangkit setelah keterpurukan, maka kata-kata itu bisa dipercaya. Aku mulai mengubah diri dan mempunyai satu tujuan agar dapat diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia untuk menunjukkan rasa terima kasihku kepada orang tua.
Aku sama sekali tidak gentar walau hanya 6,8% dari pendaftar yang akan diterima menjadi anak sekolah di Haas School of Business, dan keinginan yang luar biasa untuk sukses menjadi salah satu faktor yang membuatku menjadi satu dari tujuh orang yang diterima untuk setiap 100 orang pendaftar.
Dan sekarang aku ingin mendedikasikan pengakuanku ini kepada orang tuaku. Orang tua yang paling hebat yang telah mengubah hidupku. Aku tidak tahu akan menjadi apa jika tanpa mereka berdua. Terima kasih Ayah. Terima kasih Ibu. Aku berhutang sangat banyak kepada kalian dan aku tidak dapat membayangkan apakah aku mampu untuk membalasnya.
Kepada para sahabat yang sedang membaca CeritaInspirasi.net , ingatlah bahwa keadaan yang kita miliki sekarang tidaklah mencerminkan apa yang akan terjadi di masa depan. Seperti yang terjadi pada diriku. Aku mampu menjadi salah satu yang terbaik walaupun aku pernah berada di peringkat terbawah. Aku yakin, semua itu membutuhkan dorongan dan ketekunan, sama seperti seorang yatim piatu yang kukenal – yang berhasil menduduki peringkat 5% teratas dari kelasnya, padahal ia tidak memiliki meja atau kursi, atau bahkan kebutuhan sekolah yang memadai. Ia hanya memiliki semangat yang membara untuk mengubah masa depannya.
Berjanjilah kepada diri sendiri untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah!
Sumber : ceritainspirasi.net



Arti Sebuah Kesempurnaan

 Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yg memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.

Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang,ia berkata kepada bapak Petani,”Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”
Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata,”Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”
Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,”inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”
Lalu menikahlah si Lelaki dgn anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?”"
Petani menjawab,” Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan . Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”
Kadangkala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa.


Kepercayaan 

Dahulu kala, di sebuah desa kecil di daratan Cina, ada sepasang suami istri yang hidup sederhana. Sehari-hari mereka berjualan masakan dan arak putih di kedai samping rumahnya. Kedai mereka selalu ramai dikunjungi pelanggan karena masakannya yang terkenal lezat dan aroma yang khas pada arak putih buatan sang suami sendiri. Setiap hari masakan dan arak putih selalu habis terjual.
Pada suatu hari, sang suami pergi ke kota untuk membeli bahan untuk keperluan kedainya, dan seperti biasanya tugas mengurus kedai diserahkan kepada istrinya.
Karena araknya selalu habis laris tak tersisa, timbul niat dalam hati sang istri untuk mencampurkan arak dengan air agar bisa menjual lebih banyak dan tentunya keuntungan akan lebih berlipat. Niat itupun mulai dijalankan si istri ketika sang suami pergi ke kota, dan tanpa sepengetahuan sang suami dengan maksud memberi kejutan kepada suami. Benar saja, setiap suaminya pulang dari kota, istrinya dengan bangga menyerahkan hasil penjualan yang lebih dari biasanya. Mereka berdua pun senang dan bahagia.
Namun kegembiraan dan kebahagiaan tidak berlangsung lama. Semakin hari kedainya bukannya semakin maju tapi malah sebaliknya. Pelanggan satu per satu pergi meninggalkan mereka. Sang suami menjadi stress dan tak habis pikir, karena merasa tidak melakukan kesalahan kepada pelanggan.
Akhirnya sang istri menyadari kekeliruannya selama ini telah mencampurkan arak dengan air, dengan sangat menyesal sang istri pun menceritakan kepada sang suami apa yang telah diperbuat.


Renungan:
Jangan sekali-kali merusak pondasi kepercayaan yang telah Anda dapatkan dengan susah payah, karena sekali kehilangan kepercayaan maka Anda akan lebih sulit mendapatkannya kembali.



Lakukan pekerjaan yang kita cintai 

Seorang entrepreneur Bob Sadino mengatakan “kerjakanlah pekerjaan yang kamu senangi, jika tidak maka tinggalkanlah”. Banyak orang yang sukses dalam karir dan bisnisnya karena mereka memang benar-benar menyukai apa yang mereka lakukan.

Lihat saja beberapa kasus di bawah ini, Bill Gates rela meninggalkan bangku kuliahnya di bidang hukum, karena dia benar-benar mencintai komputer, namun apa yang terjadi walaupun kuliahnya tidak beres namun dia akhirnya berhasil dengan bidang yang dia cintai.

Di Indonesia ada banyak orang-orang yang berhasil karena mereka mencintai apa yang mereka lakukan. Perasaan cinta terhadap apa yang kita lakukan akan melahirkan suatu maha karya yang agung. Tidak percaya ? lihat saja bagaimana saking cintanya syeh jehan terhadap istrinya melahirkan sebuah karya yang agung yaitu Tajmahal.

Dalam kasus lain, kita bisa melihat bagaimana orang yang kasmaran selalu mampu melahirkan karya-karya puisi yang romantis. Bapak Cheppy Hakim dalam Kompasiana Gathering beberapa hari yang lalu pernah pula mengatakan bahwa ”orang yang hidupnya penuh dengan cobaan, penderitaan, dan ujian akan selalu melahirkan karya-karya monumental”.

Hal ini karena mereka sangat mencintai pekerjaan yang mereka lakukan sehingga mereka tergila-gila terhadap pekerjaan yang mereka lakukan, bahkan sampai-sampai mereka lupa makan, lupa segalanya karena mereka mencintai hal-hal yang mereka lakukan.

Lalu bagaimanakah kita dapat mengetahui hal apakah yang sangat kita sukai ? Kita bisa melihatnya dari hobi yang kita gemari. Dengan hobi itulah sebenarnya menunjukan kekuatan potensi diri kita, jika kita kembangkan hobi kita, maka kita tentu akan menjadi berhasil di bidangnya. Tidak percaya buktikan saja!

Bukankah jika kita melakukan hobi kita waktu pun menjadi tidak terasa walaupun berjam-jam kita melakukannya, namun apa yang terjadi jika kita melakukan hal yang tidak kita sukai, jangankan berjam-jam dalam beberapa menit saja kita pasti akan jenuh dan kesal untuk melakukannya.

Harta bukanlah hal yang utama dalam hidup ini, karena banyak orang yang bekerja dalam hidup ini tidak berdasarkan atas harta namun atas nama cinta. Lihatlah bagaimana sejarah selalu mencatat mereka yang selalu bekerja atas nama cinta bukan melulu harta. Lihat saja bagaimana Nabi Muhammad SAW bekerja atas nama cinta untuk umatnya, sampai-sampai diakhir hidupnya beliau sempat-sempatnya berkata ”Umati-umati” ”Umatku-umatku” begitu pula dengan Bunda Theresa selalu di kenang zaman karena dia bekerja atas nama cinta untuk sesama.

Lalu, sekarang apapun profesi kita saat ini, maka bekerjalah dengan penuh cinta di bidang apapun yang kita jalani, karena dengan begitu, lihatlah suatu saat kita akan mampu melahirkan banyak karya yang memberikan manfaat bagi kehidupan ini.

Temukan Cinta Anda


Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang yang bekerja disana, Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu dan pekerjaan pun jadi menggembirakan, Bila anda tak mencitai rekan-rekan kerja anda maka cintailah suasana dan gedung kantor anda.
Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi, Bila toh anda juga tidak bisa melakukanya, cintailah setiap pengalaman pulang pergi dari dan ketempat kerja anda.

Perjalanan yang menyenangkan menjadi tujuan tampak menyenangkan juga, Namun bila anda tak menemukan kesenangan disana, maka cintai apapun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja, Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan.
Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana, Hidup hanya sekali tak ada yang lebih indah sekali melakukan dengan rasa cinta yang tulus.


KISAH SEBUAH DOA SEDERHANA ...

Bismillahir-Rahmanir-Rahim .....

Cerita menggelikan ini kudengar ketika duduk dibangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya tertulis begitu dalam di relung-relung hati. Cerita yang meskipun naif, namun bermakna sangat dalam.

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol ...dipenjara.

Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan.

Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat.

Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “YA ALLAH YA TUHANKU, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai.

Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.

Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”

Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”

“Tapi Pak…Sssa..”
Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.

Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.

“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.

Petugas pun ngeloyor pergi.

Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.

Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. “Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu.

Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

~~~

Sahabat, Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu. Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.

Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan dari Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan kita.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku :
“Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat”. 





 

Hati Tikus

Ada seekor tikus yang merasa hidupnya sangat tertekan karena selalu dikejar-kejar jika berjumpa dengan si kucing. 

Karena stress, ia akhirnya memutuskan untuk menemui seorang penyihir sakti untuk meminta pertolongan. Penyihir memenuhi keinginannya dan mengubah si tikus menjadi seekor kucing. Sekarang dia merasa aman waktu berpapasan dengan kucing. 

Namun setelah menjadi kucing, muncul lagi persoalan yang baru. Kini ia begitu ketakutan pada anjing. Kembali ia menemui penyihir yang kemudian mengubahnya menjadi seekor anjing.

Setelah menjadi anjing, ia berjalan-jalan di kampung orang manado. Ia akhirnya di kejar-kejar sama orang manado untuk dijadikan rica-rica (hehehe). Maka bertambah ketakutanlah ia dan menjadi stress. 

Ia kemudian memutuskan untuk mendatangi kembali si penyihir. Namun si penyihir marah karena tidak mungkin merubah si tikus yang telah menjadi anjing tadi menjadi orang manado. Akhirnya si penyihir memutuskan untuk mengubahnya kembali menjadi tikus lagi.

Si penyihir sakti berkata kepada si tikus, "kus...kus... selama kau masih berhati tikus, tak peduli bagaimana pun bentuk dan keadaanmu, kau tetaplah seekor tikus yang pengecut”
 
 
"Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!!"
 
Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya.

Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah.

Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"

Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "orang tua kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata dengan rasa haru "aku sangat berterima kasih pada anda."

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya.

Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Horward Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit kenangan ketika di kota tersebut.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui lorong rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian dokter ia menemui si wanita itu.

Ia langsung mengenali itu pada sekali pandang.

Ia kemudian kembali keruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.

Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus untuk pengobatan dan perawatan wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup lama, akhirnya diperoleh kemenangan....Wanita itu sembuh!!

Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya.

Dr.Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa Ia tak akan mampu menbayar tagihan tesebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut.

Ia membaca tulisan yang berbunyi....... "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!!" tertanda, Dr.Horward Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya.